pe(rihal)rasa

Alvina Maria
Oct 24, 2020

terlalu banyak perasaan yang kamu pendam sendiri.

sampai-sampai, untuk menyampaikannya saja kamu tidak bisa. tidak tahu bagaimana caranya, tidak tahu siapa yang akan mendengarnya. kamu begitu yakin bahwa mereka hanya segelintir rasa yang mampir dan tidak akan tinggal. rasa yang akan pergi begitu saja jika kamu biarkan, dan tidak akan menyakiti siapapun di akhir cerita.

kamu membiarkan rasa itu tertanam begitu lama, tertimbun begitu jauh di dalam sana. kamu sendiri tidak menyadari ketika rasa itu menyusup dan masuk kembali, yang terjadi adalah ledakan emosi tanpa ujung yang memecah keheningan, menghancurkan segalanya, mengubah yang utuh menjadi kepingan, dan membuat kamu merasa… kehilangan.

kehilangan, kosong dan terjebak.

rasanya jauh lebih menyakitkan. segalanya terasa jauh lebih lama dari biasanya. seperti berjalan di dalam ruang kosong yang sempit dan kedap suara. kecil dan tidak nyaman, dengan lengang panjang yang memekakkan telinga dan membuat hati teriris.

kemudian, pertanyaan ini muncul dan bersarang di dalam kepala: salahkah jika kamu memperlakukan semua rasa sebagai sama? apakah seharusnya kamu menyambut mereka masuk, atau mengusirnya keluar? atau keputusan untuk membiarkan mereka sudah tepat?

kamu tahu jawabannya.

hanya saja, lebih mudah untuk tidak menjawabnya sekarang, dan menyimpan rasa sakit itu untuk nanti.

iya, kan?

--

--